Maros, 2 Oktober 2023. Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) berpartisipasi pada kegiatan In House Training Literasi Digital Bidang Perhutanan Sosial pada tanggal 29 s.d 1 Oktober 2023 di Hotel Gammara, Makassar, dengan menjadi narasumber. Kegiatan yang diinisiasi oleh Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Wilayah Sulawesi juga melakukan kunjungan lapangan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Sedikitnya 40 peserta aktif mengikuti proses belajar menulis, infografis, dan fotografi ini. Mereka berasal dari seksi wilayah dan Balai PSKL Wilayah Sulawesi, Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial Sulawesi Selatan, dan Dinas LHK Sulawesi Selatan.
Kepala Balai PSKL Wilayah Sulawesi membuka pelatihan literasi ini secara resmi. “Saya bersyukur atas terselenggaranya in house training ini. Mengapa? Karena melalui literasi ini, memudahkan sosialisasi kegiatan perhutanan sosial yang terus kita gaungkan di bumi Celebes ini,” pungkas Muchksin, Kepala Balai PSKL Wilayah Sulawesi.
Pelatihan literasi digital ini menghadirkan 3 narasumber. Narasumber yang kompeten di bidangnya. Bugi Sumirat, Peneliti BRIN, membawakan materi penulisan storing telling dan infografis. Anis Kurniawan, Direktur Klikhijau.com, menghantarkan materi reportase. Terakhir, Taufiq Ismail, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) pada Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menyajikan materi fotografi.
“Menulis itu bukan bakat. Menulis itu adalah keterampilan. Keterampilan berarti membutuhkan latihan tanpa henti untuk menjadi lihai merangkai kata,” pungkas Bugi Sumirat, Peneliti BRIN.
Karenanya seorang penulis harus terus berlatih dan berlatih. Menurut Kang Budi, sapaan akrabnya, menerangkan bahwa pengambilan data sebagai tulisan tak kalah pentingnya. Perlu perencanaan dan teknik pengambilan data yang perlu dipersiapkan.
“Main mapping adalah salah satu teknik perencanaan data yang akan digali di lapangan. Menentukan poin-poin utama yang menjadi target informasi yang akan dikumpulkan,” tambah Kang Budi.
Peserta nampak antusias menyimak paparan pemateri perdana. Tak heran jika sesi diskusi, peserta melayangkan beberapa kesulitan yang mereka hadapi saat hendak menulis.
Pada hari yang sama, pemateri fotografi menyajikan paparannya. Mengantar materi: photo story.
“Cerita foto menampilkan satu kisah atau perjalanan seseorang dalam waktu yang singkat. Bisa dicontohkan berupa perjalanan seseorang dalam sehari. Ada kisah permulaan, pertengahan dan akhir perjalanan,” terang Taufiq Ismail, PEH Ahli Muda.
Sebelum beristirahat, pemateri kemudian membagikan tugas kepada peserta secara berkelompok. Setidaknya ada empat kelompok yang menerima tugas peliputan selama kunjungan ke taman nasional.
Keesokan harinya, peserta bertandang ke kawasan wisata Bantimurung. Menikmati kesejukan air terjun dan keasrian pepohonan yang menutupi koridor karst ini.
Anis Kurniawan, Direktur Klikhijau.com, menyapa peserta. Berbagi pengalaman peliputan lapangan dan menulis reportase. Memberi tips menulis berita secara cepat.
“Menulis berita sebenarnya lebih mudah. Cukup mengikuti pedoman 5W1H,” terang Anis Kurniawan, Editor in Chief Klikhijau.com
Menurut Anis, paragraf pertama bisa menulis: siapa yang menyelenggarakan acara? Apa acaranya? Kapan dan di mana diselenggarakan.
Lebih lanjut, paragraf selanjutnya, menuliskan siapa saja yang hadir dalam acara tersebut. Termasuk stakeholder kunci yang hadir.
“Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan kutipan langsung pembicara pada kegiatan tersebut. Sebagai penegasan dan makna terselenggaranya suatu kegiatan,” tambah Anis.
Anis melanjutkan bahwa pada bagian akhir diisi dengan kutipan langsung dan diselingi pernyataan tidak langsung.
“Khusus untuk bagian akhir tulisan ditutup dengan kutipan langsung pembicara kunci suatu acara,” kata Anis pada akhir paparannya.
Peserta kemudian mengeksplor keunikan kawasan wisata ini. Kelompok menggali potensi target sesuai hasil diskusi kelompok masing-masing. Ada kelompok yang mengeksplor kupu-kupu, ada kelompok yang berfokus di gua mimpi, gua batu, dan wisata tirta cano.
Mereka antusias mencari data, memotret, dan mengamati alam sekitar. Memenuhi tugas: berita atau artikel mini (feature), infografis, dan foto cerita.
Malam hari, mereka tak langsung beristirahat. Menyisihkan waktu, merangkai data dan potongan dokumentasi menjadi sebuah konten yang layak disajikan ke khalayak.
Hasil olahan kelompok kemudian dipublikasikan melalui media sosial masing-masing. Menjadi penilaian oleh narasumber karena setiap peserta men-tag ketiga pemateri di setiap unggahan mereka.
Tak sampai di sana, pada hari terakhir, peserta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Satu per satu kelompok menyajikan tugasnya. Narasumber pun kemudian memberi masukan sebagai bahan pembelajaran.
Termasuk menjawab ketakutan peserta memulai menulis. “Kami terkadang sulit memulai. Terkadang sulit membuat kalimat pertama,” ungkap Aldo, peserta in house training.
Kang Bugi kemudian menjawab bahwa menulis saja. Bisa dimulai dari apa acaranya, siapa yang laksanakan, selanjutnya tidak mencentang “W” apalagi yang belum, dan melanjutkannya.
Menjelang siang, hari Minggu (1/10/2023), paparan dan evaluasi pelatihan berakhir. Kepala balai kemudian menutup kegiatan.
“Saya senang sekali melihat staf kami belajar menulis dan memotret. Ternyata staf saya memiliki potensi literasi yang tersembunyi selama ini. Mudah-mudahan ke depan terus bisa dikembangkan. Menjadi jembatan menyiarkan kinerja kita selama ini kepada masyarakat umum,” tutup Muchksin, Kepala Balai PSKL Wilayah Sulawesi.
Sumber: Taufiq Ismail – Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
https://ksdae.menlhk.go.id/artikel/12250/Balai-TN-Babul-Ikut-In-House-Training-Literasi-Digital.html